Ibu
Sembilan
bulan kini kehailanku berjalan.,.
Perih
melilit menghujam dalam menekan perutku.,.
Air
mataku menetes.
Ibu
Nafasku
semakin memberat dan penat.,
Ruhku
di ubun ubun.,
Ibu,
akankah aku mati?
Sedang
janin ini semakin mendesak dan meronta keluar dari rahimnya.
Ibu
Aku
kini menjadi seorang ibu
Anakku
nan menawan
Dan
melukis senyum di bibir merahku
Ibu
Ada
apa dengan hatiku ibu?
Kecemasan
dan kegundahan itu tumbuh.
Aku
takut kehilangan anakku
Aku
takut anakku sakit, ada sesuatu dengan anakku.,
Air
mataku menetes ibu
Ibu
Semakin
hari aku semakin payah dan lelah.
Gurat
mataku hitam tak bermimpi
Terjaga
sepanjang malam
Baru
saja dia ngompol
Aku
bersihkan dan tau ibu?
Dia
sudah ngompol lagi
Aku
bersihkan lagi dia buang air besar.,
Tentu
ranjang dan alaspun berlumuran dengan itu
Ibu
Anakku
rewel dan menangis
Entahlah
apa yang dia maksud dan dia mau.
Aku
dibuat pusing dan bingung
Jatungku
semakin berdebar kencang saat tagisannya semakin melengking
Air
mataku menetes ibu.
Ibu
Apakah
demikian juga aku dahulu??
Anakmu
yang selalu saja berkata “cih” dan “ah” dengan bentakan kepadamu
Anakmu
yang selalu tak menghiraukanmu meminta tolong
Anakmu
yang meronta meminta banyak hal untuk diwujudkan kepadamu.
Terkadang
pulang harus membanting perbotan agar engkau sanggupi.,
Ibu
Air
mataku menetes semakin deras.
Suaraku
terisak
Sungguh
senyummu itu yang selalu ada
Dalam
kepayahan, dalam kelelahan
Dan
kini
Akan
aku teladani kasihmu
Ibu
Kaulah
wanita terhebat
Kaulah
cinta.,
(penjaga
Ilmu)