Tidur yang Ibadah


Tidur adalah aktivitas yang pasti dilakukan oleh setiap orang, Karena tidur adalah wujud kasing sayang Alloh sebagai waktu untuk  mengistirahatkan badan. Tapi tahukah kita bahwa tidur bisa mempunyai berbagai arti dan nilai yang berbeda-beda.
Pernahkah kita mimpi menempuh perjalanan panjang yang melelahkan?sehingga ketika kita bangun pucat dan pusing atau kita tiba-tiba terbangun mendadak karena mimpi jatuh atau menyeramkan? Mungkin tidur kita belum termasuk tidur yang berkualitas.
Sebaliknya kita bermimpi sesuatu yang menyenang kan dan juga tidur singkat yang menyegarkan sehingga ketika bangun kita merasa enak dan fresh? Ini bisa dikatakan tidur kita berkualitas
Alloh berfirman
"Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat." (Surat an-Naba`, ayat 9).

pejagailmu.blogspot.com
salah satu yang utama yang perlu kita ketahui dan kita teladani adalah perkara tidurntya Rasulullah saw.
Pertama, Rasulullah senantiasa berwudhu dahulu sebelum tidur.
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari)

Kedua, Berdoa sebelum tidur. Doa adalah senjata seorang Muslim. Oleh karena itu dalam segala hal, termasuk tidur hendaklah diawali dengan doa dan dzikir.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidur di suatu tempat tanpa berdzikir kepada Allah, maka ia pun akan mendapatkan hal yang dia sesali dari Allah.” (HR. Abu Dawud).

Aisyah ra juga meriwayatkan bahwa, ‘Apabila Rasulullalh menuju pembaringannya setiap malam, beliau mempertemukan kedua ltelapak tangannya, lalu meniupnya sambil membaca: “Qul huwallahu Ahad,” “Qul A’uudzu bi Rabbil falaq,” dan “Qul A’udzu birabbinnas,” kemudian mengusapkan kedua telapak tangannya ke sekujur tubuhnya, dimulai dari kepala dan wajahnya serta tubuh bagian depan. Demikian beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari Muslim, Tirmidzi, Ibn Majah, dan Abu Dawud).

Ketiga, miring ke kanan dengan menghadap qiblat
Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari).

Riset ilmiah dunia medis menjelaskan bahwa ada keuntungan besar yang didapat ketika seseorang tidur miring ke kanan.
Di antaranya ialah menghalangai tekanan hati yang berlebihan pada lambung. Dapat mempercepat pengeluaran cairan di usus dan usus dua belas jari, berkat adanya gaya gravitasi, sebab mulut lambung menghadap ke bawah.
Selain itu juga mempermudah proses kerja batang tenggorokan sisi kiri, dimana organ ini dapat dengan cepat menghasilkan cairan lendir. Juga membuat rileks gerak jangung dan lambung, atau mengurangi tekanan pada keduanya. 

Keempat, meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”(HR. Abu Dawud).

Jadi, saatnya kita kembali memperhatikan tauladan kita dalam segala hal, terkhusus dalam hal tidur. Sebab tidur dalam Islam bukan sekedar memejamkan mata dan lelap dalam kelelahan tanpa nilai tambah atau keunggulan. Tidur dalam Islam adalah satu fase yang harus memberikan spirit baru untuk lebih produktif dalam berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Dan pasti, tidak ada yang dicontohkan nabi kecuali terjamin dan terbukti unggul dan berpahala. Tidur seperti nabi adalah tidur yang sehat dan berpahala. Oleh karena itu, marilah kita teladani cara beliau dalam tidur. Semoga tidur kita adalah tidur yang bernilai pahala membawa berkah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hanya perlu diingat, meski tidur (istirahat) itu penting, Rasulullah dan ulama-ulama salaf berbeda dengan kita. Rasulullah dan para ulama sedikit makan, sedikit bicara dan sedikit tidur, karena waktu 2/3 malamnya digunakan menangis di hadapan Allah. Sementaranya bedanya dengan kita semua “sedikit-sedikit” makan, “sedikit-sedikit” bicara dan “sedikit-sedikit” tidur. Wallahu a’lam./Iman Nawawi
pejagailmu.blogspot.com