Kata-kata terindah dari seorang kekasih adalah saat merayu.
Bagaimana ia mengucap seribu puisi untuk memikat hati.
Dan bahkan menjadi berlebihan dan tidak masuk akal.
Tapi mungkin sudah jadi fitrahnya dua kekasih untuk senang
merayu dan senang dirayu.
Smbil berkata “GOMBAL” tapi senyumnya begitu lebar.
dan hatinya tumbuh sejuta bunga seluas langit biru.
Itu rayuan kekasih.
Namun pernahkah kita merayu Alloh?
Atau saat kita butuh sesuatu bagaimana kita berdoa?
Apakan meminta?atau memaksa?
Seorang sufi Abu Ali Al-Hasan ibnu Hani Al-Hakami, dengan
nama samaran Abu Nawas. Ulama besar termasyhur masa Khalifah
Abasiyah Harun Al-Rasyid
Menuliskan sebuah pujian dan doa bagaimana merayu Alloh
Wahai Tuhanku, aku tidaklah
pantas menjadi ahli surge
Tapi aku pun tidak kuat masuk kedalam api
neraka
Maka berilah aku taubat (ampunan)
dan ampunilah dosaku
Sesungguhnya engkau Maha
Pengampun dosa yang besar
Dosaku bagaikan bilangan pasir
Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang
memiliki keagungan
Dan umurku ini berkurang setiap
hari
Sedang dosaku selalu bertambah,
bagaimana aku menanggungnya
Wahai Tuhanku, Hamba Mu yang
berbuat dosa telah datang kepada Mu
Mengakui atas segala dosa dan
sebenar-benarnya telah memohon kepada Mu
Maka jika engkau mengampuni, maka
Engkaulah ahli pengampun
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku
mengharap selain kepada Engkau?
Sungguh indah rayuan ini, bagaimana ke Tauhidan dibangun,
kepasrahan di rentangkan dan harapan dijunjung tinggi.
Syair ini yang kita kenal dengan Al I’tiraf atau Pengakuan
(penjagailmu)