Ia bisikan padaku perihal dunianya
Dunia yang ia tutupi dengan senyumnya
Tak pernah kulihat tetesan air dipelupuknya saat ia
utarakan.
Menyingkap rahsia yang ia genggam sendiri.
Ia rasakan sendiri.
Hingga Ia tumpahkan padaku
Sejauh ini Ia bertahan dalam kesakinahan, kemawadahan dan
kerahmahan yang palsu.
Keluarga yang terbangun dengan indahnya
Tak ada cinta disini
Cinta suami bukan untuknya
Tapi untuk adiknya.
Buah hati buah hati telah terlahir dan tumbuh menjadi belia
Rahsia itu masih Ia pertahankan dengan senyuman
Ada ada saja pinta suami padanya.
Pinta yang tidak bisa dipenuhinya
Bukan karena tidak mau
Tapi karena tidak mampu.
Hingga suatu tragedi terjadi.
Benturan-benturan dalam perjalanan telah merenggut sadarnya.
Terbaring koma.
Menetes air mataku setiap kali aku melihat wajahnya
Dan menetes pula air matanya saat aku kisahkan kebersamaan
kita dan keluarga.
Inginku berteriak,
“Bangunlah kak, bangunlah kak, akan kita hadapi bersama
semua ini”
Tapi enatah apa yang didoakan sang suami
Perhatiannya bukan pada istrinya
Kosong
Dan kini, Ia telah berpulang
Membawa cinta entah luka, entah harap entah benci
Di gundukan tanah makam ini semua terkubur.
Doaku semoga Alloh Membalas kesabaranmu dan keteguhanmu.
Kesetiaan cintamu dan kasihmu pada buah hatimu.
Di pusara ini.
Kutatap dalam segala kisah yang kau utarakan.
Dan kan kulabuhkan pada hakikatnya.
Pada Alloh sang Maha Cinta.