Mana yang anda pilih?
Lelaki kuat dan tangguh? Atau lelaki
yang loyo dan lesu?
Tentu setiap kita menjawab kita memilih
lelaki perkasa dan tangguh
Namun Lelaki perkasa bukan sekedar
bertubuh kekar dan macho.
Namun pribadi yang di dalamnya pun
menjadi kekuatan keperkasaan sejati.
Selanjutnya inilah tips
menjadi lelaki perkasa berakhlak mulia.
1. Aqidah yang bersih
yang dimaksud disini adalah menjaga ke Esa an Alloh sebagai tuhan, dan apapun yang kita lakukan semata-mata hanya untuk mengharap ridho Alloh swt. SWT.
Allah berfirman “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua
bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). yang dimaksud disini adalah menjaga ke Esa an Alloh sebagai tuhan, dan apapun yang kita lakukan semata-mata hanya untuk mengharap ridho Alloh swt. SWT.
Aqidah yang bersih akan memper erat dan mendekatkan kita dengan Alloh sehingga insya Alloh segala yang kita lakukan menjadi lebih mudah..
2. Ibadah yang benar
Bagaimana sholat kita? Bagaimana puasa kita? Bagaimana sedekah kita? Bagaimana kuantitas dan kualitasnya? Ini yang akan menunjukan perkasa atau tidak diri kita.
Bagaimana sholat kita? Bagaimana puasa kita? Bagaimana sedekah kita? Bagaimana kuantitas dan kualitasnya? Ini yang akan menunjukan perkasa atau tidak diri kita.
Seperti perintah Rasulullah SAW dalam satu haditsnya,
beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana
melihat aku shalat”.
Dari ungkapan ini maka dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada
sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau
pengurangan.
3. Akhlak yang kokoh
Akhlak ini melingkupi sikap dan perilaku, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an.
Akhlak ini melingkupi sikap dan perilaku, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an.
Allah berfirman yang
artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS.
68:4).
4. kekuatan jasmaniKekuatan jasmani berarti kita memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian dari kita dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai kita sakit-sakitan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. intelek dalam berfikir
Al Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir,
firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)
dan juga Rasululloh pun bersifat fatonah yang berarti cerdas
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya kita harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)
6. Berjuang melawan hawa nafsu
Setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Pandai menjaga waktu
Hal ini penting karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap kita amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Teratur dalam suatu
urusan.
Suatu urusan mesti dikerjakan
secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu
diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan
berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian
serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Memiliki kemampuan usaha
sendiri/mandiri
Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi kita
tidaklah mesti miskin, kita boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia
bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan
masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di
dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat
tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah kita amat dituntut memiliki
keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat
rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk
mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.10. Bermanfaat bagi orang lain
Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap kita itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikianlah tips membangun
kekuatan dan keperkasaan pada diri kita.
Perkasa dan tangguh sebagai
laki-laki.
Semoga Allah Al Hadi memberikan
hidayah dan petunjuknya,. Amin
(penjagailmu)