Anakku mengadu tentang isi perutnya
Matanya nanar menatapku.
Begitu dalam berkaca-kaca.
Menusuk hatiku dan menyayat tajam.
Aku menangis.,.
Sambil tersenyum aku sampaikan.
“Tidurlah dulu nak agar perutmu istirahat”
Di menjawab bahwa perutnya semakin meronta.
Sambil ku belai wajahnya
Kulantunkan nyanyian untuk membius perasaan anakku
Ku tunggu, siapa yang ku tunggu?
Bapak dari anakku?
Bukan bukan itu
Dia tidak akan pernah pulang.
Dia telah menghilang.
Sesekali anakku menggeliat merasakan gemuruh dalam perutnya.
Nasi terakhirnya telah terkuras untuk bermain siang tadi.
Malam semakin menghujam
Lentera bintang mulai suram tertutup kabut malam
Kupeluk erat anakku
Di bawah naungan langit yang tak lagi biru.
Apakah hidupku akan selalu hitam?
Masa lalu apa yang pernah aku temui?
Itu sudah terlupakan.
Aku tak lagi mengenal dunia lebih jauh.
Cukup bagiku bergelimang dengan sisa kehidupan mereka.
Demi sesuap nasi yang bisa menghidupkan nyawa kami.
Di bawah naungan langit
Tak henti aku berdoa
Takkan pernah berhenti.
(pejagailmu)