Hikmah Menuju Pasar

Teringat dlu ketika menyaksikan sebuah cerita pendek di sinetron ramadha yang berjudul lorong waktu yang berkisah tentang ayah dan anaknya yang sedang menuju pasar. jadi begini ceritanya.

pejagailmu.blogspot.com
Suatu hari ada seorang ayah dan anaknya yang bepergian menuju ke pasar dengan menaiki keledai. Tujuannya untuk menjual keledai tersebut. Karena jaraknya yang cukup jauh diperlukan waktu hampir setengah hari.
Mereka membawa keledainya dengan dituntun. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan orang yang baru kembali dari pasar. Orang tersebut kemudian berkata “ Kenapa kalian capek-capek berjalan kaki. Bukankah keledai dapat dinaiki? Alangkah enaknya jika kalian naik saja keledai itu”

Mendengar perkataan itu, ayah dan anaknya kemudian menaiki keledai itu. Keledai itu ternyata tak cukup besar sehingga terlihat kepayahan. Tetapi karena lebih menghemat tenaga maka mereka tetap menaikinya.
Tak berapa lama, bertemulah mereka dengan penjual sayuran yang sedang menunggu pembeli memilih-milih sayurannya. Kemudian penjual sayuran itu melihat keledai yang kepayahan membawa ayah dan anaknya di punggungnya. “ Ah betapa kasihannya keledai itu, sudah badannya kecil dinaiki oleh ayah dan anaknya yang berat. Benar-benar tidak memiliki kepedulian kepada hewan.”

Mendengar perkataan tersebut, ayah dan anaknya turun dari keledai. Kemudian memutuskan bahwa sebaiknya satu orang saja yang menaiki keledai, satu orang yang menuntun keledai. Maka diputuskanlah anaknya yang naik keledai sementara ayahnya menuntun keledai.
Di tengah perjalanan, di sebuah persimpangan bertemulah mereka dengan penjual sapi dan anaknya. Si penjual sapi berceletuk “ Lihatlah nak, itu contoh anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya. Sang ayah bercapek-capek sementara ia ber-enak-enak di atas keledai.”

Mendengar perkataan tersebut sang anak berkata kepada ayahnya “Yah sebaiknya ayah yang naik dan aku yang menuntun, aku tak mau dikatakan tidak berbakti.” Sang ayahpun menyetujuinya. Sekarang bergantian sang anak yang menuntun sementara sang ayah naik keledai.
Sepertiga jalan dari pasar, mereka bertemu dengan seorang kakek dan cucunya yang sedang berjalan-jalan. Sang kakek berkata “ Lihatlah cucuku, itulah contoh ayah yang tidak sayang kepada anaknya. Si anak bersusah payah berjalan sementara ayahnya naik keledai.”

Mendengar perkataan itu sang ayah menjadi merenung. Benar juga, pikirnya. Kemudian dia turun dan mengajak musyawarah anaknya. “ Nak kelihatannya kita sellau serba salah, kita tuntun keledai salah, naik berdua juga salah. Kamu yang naik, aku yang menuntun salah. Apalagi aku yang naik sementara kamu menuntun. Sebaiknya kita apakan keledai ini?”
Anaknya berpikir sejenak. “ Ayah bagaimana kalau kita pikul saja keledai ini. Siapa tahu memang itu cara terbaik.” Sang ayah setuju. Kemudian mulai mengikat kaki keledai kemudian memanggul keledai itu bersama anaknya. Merasa sudah benar mereka dengan penuh percaya diri memasuki pasar. Tetapi banyak orang menertawakannya. Banyak yang bilang “ Keledai bisa berjalan sendiri kok dipanggul. Kan jadi memberatkan. Dasar orang yang aneh.”

Mendengar perkataan tersebut sang ayah kehabisan akal. Mau gimana lagi biar tidak salah membawa keledai itu.

Hikmah yang bisa kita ambil dari cerita dia atas adalah bahwa kita harus punya pendirian yang kuat. tidak harus setiap yang dikatakan atau masukan orang kepada kita harus kita kerjakan, tapi kita harus punya alasan kenapa kita melakukannya atau tidak melakukannya.,.semoga bermanfaat.