Kisah Sang Pengantin

seorang ustadz Syaikh Abdul Muhsin Al-Ahmad bercerita tentang ketaqwaan seorang anak perempuan yang dalam kondisi apapun, dia tetap memilih melaksanakan shalat tepat waktu, meski dia harus menentang kemauan ibunya.kisah ini terjadi di Abha, ibu kota Provimsi Asir, Arab Saudi.

berikut ceritanya…
pejagailmu.blogspot.com

“...Setelah melaksanakan shalat Maghrib pengantin wanita ini berhias, dia menggunakan gaun pengantin putih yang indah, dia betul-betul telah mempersiapkan dirinya untuk pesta pernikahannya. Tiba-tiba dia mendengar azan Isya sudah menggema, dia sadar kalau wudhunya telah batal.

Dia berkata kepada ibunya, “Bu, aku mau berwudhu dan shalat Isya dulu.”

Ibunya sangat terkejut, “Apa kamu sudah gila? Tamu sudah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”

Ibunya menambahkan, “Aku ini ibumu, sekarang Ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, Ibu akan marah kepadamu!”

Lalu anaknya menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga aku shalat, ibu. Ibu harus tahu bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah!"

Lalu ibunya menimpali, “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang dirimu ketika kamu tampil nanti dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up? Kamu pasti tidak lagi terlihat cantik di mata mereka! Mereka akan mengolok-olok dirimu !”

Anak perempuannya itu berkata dengan tersenyum, “Apakah Ibu takut karena aku tidak terlihat cantik di mata makhluk (manusia)? Bagaimana dengan Penciptaku (Allah)? Yang aku takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, aku tidak akan tampak cantik di mata Allah.”

Lalu, pengantin ini berwudhu, maka seluruh make-upnya terbasuh tanpa tersisa. Namun, dia tidak merasa bermasalah dengan apa yang dia lakukan.

Kemudian pengantin ini memulai shalatnya. Pada saat dia bersujud dalam shalatnya, ternyata itulah sujudnya yang terakhir.

Pengantin wanita ini telah meninggal dalam sujudnya dan itu adalah akhir yang indah. Wafat dengan keadaan bersujud di hadapan Pencipta-Nya.

Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang Muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya! Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama, tutup Syaikh Abdul Muhsin Al-Ahmad.